Pernah Jadi Manusia

Ada yang pernah jadi manusia?
.......
.......

Jangan tersinggung. Manusia yang saya maksud disini adalah manusia yang seperti seharusnya.
Manusia yang masih punya nurani. Bukan manusia yang selalu bersembunyi dibalik kata "manusiawi".

Gak ngerti?
Hmm gini deh.
Kamu pernah ngerasa segala hal buruk yang terjadi dalam hidup kamu itu seharusnya kamu syukuri (bukan sukurin) ?
Pernah kamu berfikir positif jika hal terburuk yang terjadi buat kamu adalah berkah bagi orang lain?
Pertanyaan pertama, saya yakin jawabannya pernah, tapi hampir gak pernah.
Sementara pertanyaan kedua saya yakin jawabannya hampir gak pernah, tapi pasti pernah.
Sama aja? Hehehe..

Serius. Maksud saya gini, semuanya pasti pernah tapi dengan perbandingan yang sangat beda.
Untuk pertanyaan pertama misalnya. Orang yang pernah ngerasain (anggap saja) 1:1 atau semua orang pernah tapi dalam perbandingan lagi 1:100, alias semua orang pernah tapi mungkin cuma sekali dalam setiap 100 hal buruk di hidupnya.
Sementara pertanyaan kedua, orang yang pernah ngerasain bisa (anggap saja) 1:100 atau dari 100 orang, mungkin cuma 1 yang bisa mikir gitu.

Gak ngerti kan? Mampus.
Saya sengaja pake bahasa yang cuma bisa dipahami Tuhan (mungkin maksudnya bahasa yang cuma kamu pahami sendiri, Chan?).
Yah, pokoknya begitu lah ya.

Yang jelas, kalimat "Pernah jadi manusia" ini kerasa "ganggu" di hati saya. Walaupun awalnya cuma sekedar celetukan (yang berharap dianggap lucu), akhirnya kalimat itu justru bikin saya sendiri kepikiran.

Pernah gak sih kamu ngerasa perang batin dalam diri ketika kamu sebagai manusia selalu mengedepankan ego, bermuka dua biar keliatan baik di mata orang lain? Pernah?
Disitu lah inti dari bahasan saya kali ini.
Manusia yang beneran manusia. Yang lengkap, yang sempurna. Yang punya ego. Yang selalu egois. Yang selalu bersikap dan bermulut manis di depan orang yang (cukup) penting. Tapi juga punya nurani. Punya hati. Punya kesadaran kalo itu salah.

Dan sebaliknya. Pernah gak kamu bersikap baik, penuh perhatian, kasih sayang, taat kepada Tuhan tanpa pernah berbuat jahat. Dan parahnya memandang hina manusia yang berbuat khilaf.
Kalo kamu merasa diri baik, lantas kenapa kamu menghakimi orang dengan memandang hina mereka yang berbuat khilaf?

Saya gak pernah menyalahkan siapa pun untuk bersikap baik. Bersikap manis di depan orang lain.
Saya juga gak pernah menyalahkan siapa pun yang berbuat jahat, berbuat semaunya. Bahkan "memakan teman" agar dirinya yang terlihat baik.
Tapi kalo kamu ngerasa manusia, berhenti lah munafik. Mikir lah pake 2 sisi itu. 2 sisi yg terdiri dari ego dan nurani. Bukan mikir cuma dengan satu sisi. Dan bukan juga berdiam di tengah tanpa ada tindakan yg ujungnya cuma bikin jadi munafik. Akhirnya juga jadi gak baik.

Sekali lagi, kalo kamu ngerasa pernah jadi manusia, kamu gak akan pernah bersikap munafik dari sikap baik dan buruk. Karena munafik itu jelas sifat setan, bukan manusia.
Dan manusia sejati itu sesungguhnya yang punya nurani dan juga ego. Manusia sejati itu manusia yang gak cuma berbuat baik atau buruk, tapi keduanya.

Mungkin bahasan saya ini kedengeran klise. Tapi terserah dari sudut mana kamu mau nilai.
Saya cuma jenuh dengan semua yang merasa dirinya manusia tapi justru cuma bersikap munafik atau mungkin terlalu baik hingga akhirnya jadi bodoh. Jadi goblok.

Saya pun gak mau mengklaim diri ini adalah manusia yang bener bener manusia. Tapi setidaknya saya pernah jadi manusia.
Semoga kamu semua juga sama.
Pernah jadi manusia.