Translate

jeudi 11 juin 2015

Cerita tentang Kamu dan KAMU

Tidak ada orang yang mau disakiti hatinya.
Tidak ada orang yang mau dikecewakan harapannya.
Tidak ada orang yang mau merasakan sakit dan kecewa karena diberikan janji yang kemudian diingkari.

Sakit hati. Kecewa.
Mungkin terdengar klise.
Tidak akan ada sakit hati jika bukan kita yang menaruh hati.
Tidak akan ada kecewa jika bukan kita yang menaruh harap.
Tapi bagaimana dengan rasa kecewa dan sakit hati karena termakan janji yang kemudian diingkari?

Oke. Mungkin tulisan ini muter-muter aja.
Tapi aku yakin semua orang pernah sakit hati.
Aku yakin semua orang pernah kecewa.
Aku sendiri pun begitu.

3 tahun lalu kita gak kenal.
Kemudian beberapa bulan berjalan, akhirnya kita saling kenal.
Berawal dari tugas. Tugas individu yang harusnya kita dan genk kita kerjakan masing-masing, akhirnya kita kerjakan berdua.
Sampe akhirnya kita kenal, deket, pacaran. Gak pake pdkt.
Apa masalahnya? Apa pentingnya pdkt?
Kita pun jalanin tanpa banyak masalahin perbedaan kita.

Sorry, mungkin bukan kita.
Karena setelah 8 bulan berjalan, aku baru sadar.
Ternyata aku bukan pacar Kamu.
Tapi selingkuhan Kamu.

Sakit? Ya.
Kecewa? Ya.

Tapi itu dulu.
Waktu tetap berjalan tanpa masalah. Tanpa Kamu dihidupku.
Lambat laun rasa sakit itu hilang juga. Tanpa bekas.

2 tahun kemudian hidupku tetap berjalan normal.
Satu per satu wanita datang silih berganti.
Sampai akhirnya hilang lagi.

2 tahun aku tetap sendiri.
2 tahun aku menjaga diri dari tipuan gadis-gadis yang hanya mencari kesenangan sendiri.
2 tahun aku bertahan dalam kesendirian.
Sampai akhirnya, datang KAMU yang lain.

KAMU berhasil mencuri hatiku dari sikapmu yang manja.
Dari kepribadianmu yang ceria. Yang sesungguhnya membutuhkan kasih sayang.

Lagi-lagi berawal dari ketidaksengajaan.
Dari sifatku yang iseng.
Akhirnya kita kenalan.

Pdkt? Ya.
KAMU memaksa aku untuk pdkt karena selalu meragukan perasaanku.
Walaupun KAMU seringkali bilang hanya menungguku untuk mengungkapkan perasaan.
Nyatanya KAMU yang menahanku untuk menjalin hubungan pasti.

4 bulan KAMU sukses menahanku untuk bertahan menunggu kita melanjutkan hubungan yang mereka sebut pacaran.
Ingatkah KAMU?
Aku tak yakin.

Tapi setelah 4 bulan KAMU menahanku untuk tidak melanjutkan hubungan, akhirnya kita bisa juga mencapai tahap itu.

4 bulan bukan waktu yang sebentar
4 bulan kita saling mengenal diri kita masing-masing yang keras seperti batu. Yang sulit disatukan.
4 bulan kita sering berfikir untuk mengalah dengan keadaan.
4 bulan kita sering menyerah dengan jalan buntu atas nama ego.
4 bulan kita bertahan menyakiti diri sendiri.
4 bulan kita berhasil menjalin hubungan yang mereka sebut pacaran.

Setelah kita berhasil berhubungan pun perlahan aku sadar.
Rasa kesepianmu yang haus kasih sayang membuatmu menjadi orang yang tidak setia.

1 bulan pertama dihiasi perselingkuhanmu dengan teman-teman dekatmu.
2 bulan berjalan KAMU tetap bermain dengan mereka.
3 bulan tak sedikit pun berubah.
4 bulan ternyata KAMU masih sama.
5 bulan tetap seperti biasa.
6 bulan masih saja sama.
7 bulan KAMU masih bermain.
8 bulan tetap saja KAMU menipuku.
9 bulan KAMU pun belum lelah berbohong.

Seringkali aku, KAMU, kita. Mencoba menyerah. Mencoba meninggalkan masing-masing.

Disini aku yang terluka. Terluka karena permainanmu dengan mereka.
Disini KAMU yang terluka. Terluka karena perlakuanku padamu yang cukup buruk.
Tapi kita bertahan. Mungkin lebih tepatnya aku.
Ya. Aku memilih bertahan.
Karena apa yang mereka sebut pacar, bagiku lebih dari itu.
Teman hidup.
KAMU.

Tapi KAMU menyerah?
KAMU rela meninggalkan aku sendiri?
KAMU tega?
Sementara aku tetap bertahan meskipun dari 8 bulan kedekatan itu KAMU selalu bermain.

Kemana hilangnya perasaan bertahan dengan keadaan yang seringkali memisahkan itu?
Kemana larinya ego kita untuk bersatu melawan ego untuk pergi?
KAMU ingat janji-janji kita dulu?
KAMU ingat kalau KAMU bukan pacarku?
Tapi TEMAN HIDUPKU.
Ingat?
Ingat?
Ingat?
Terimakasih.

Mungkin aku akan terus menunggu.
Mungkin aku hanya bisa menunggu. Dan memperhatikanmu dari jauh.
Jauh sekali.
Sampai KAMU tidak mampu lagi melihat aku dari sisi baikku.
Sampai KAMU tidak mampu lagi untuk peduli.
Terima kasih teman hidupku.
Sampai bertemu di lain waktu.
Mungkin nanti aku melihatmu bersamanya.
Bersama mereka yang selalu KAMU jaga hatinya.
Mungkin saat itu aku masih sendiri.
Mungkin saat itu aku masih memperhatikanmu dari jauh.
Mungkin saat itu aku masih menjaga hatiku sendiri.

Karena KAMU tak pernah mau menjaganya.
Dan lebih menjaga hati mereka.

Aucun commentaire:

Featured Post

L'herbe du voisin est plus verte, mais la nôtre est plus épaisse

Peut-être que ma vie est trop une blague. Parce que pour moi dans la vie, on ne peut pas être trop sérieux. Parfois, nous avons besoin d'...