Satu rasa yang berbeda
hadir dalam bayang semu
kala aku termenung
mengenangmu di sela nafasku
Sejenak aku tertegun
oleh bias bola matamu
yang memancarkan kasihmu
Bukan indahmu yang kucari
Bukan itu...
Tapi setiap kata dan janji
urung terlontar dari lidahku
Kelu
Biarkan rasa itu
kutitipkan pada bintang
terbang bersama angin malam
hingga nanti kau lihat terang
di angkasamu
dari bumi tempatmu berpijak
Sejenak ia berkelip manja
di atas langit tempatmu bernaung
dimana cinta belum sempat
menaungi kepingan takdir kita
Translate
Affichage des articles dont le libellé est sajak. Afficher tous les articles
Affichage des articles dont le libellé est sajak. Afficher tous les articles
mercredi 13 mars 2013
Melodi Rindu
Embun pagi menyapaku
memantulkan spektrum pelangi
yang menjadi bingkai kita
dalam balutan asmara
Disana terangkum warna
melukiskan keindahan cinta
ketika merah dan biru
menjadi satu dalam ungu
seperti kau dan aku
yang semakin menyatu
menggumamkan melodi rindu
Biarkan rasa ini
kutitipkan pada mentari
yang selalu setia menyinari
setiap jengkal langkahmu
dalam merangkul rindu
memantulkan spektrum pelangi
yang menjadi bingkai kita
dalam balutan asmara
Disana terangkum warna
melukiskan keindahan cinta
ketika merah dan biru
menjadi satu dalam ungu
seperti kau dan aku
yang semakin menyatu
menggumamkan melodi rindu
Biarkan rasa ini
kutitipkan pada mentari
yang selalu setia menyinari
setiap jengkal langkahmu
dalam merangkul rindu
Dijemput Malam
Senja mulai luruh
malam pun merangkak naik
membalut bayangmu dalam benakku
yang mengukirkan sekerat pedih
Batinku berontak
ketika risauku dijemput malam
menyeretnya dari dalam dada
yang sekuat tenaga ku enyahkan
Aku tertawa saat fajar menyongsong
karena embun mengantarkanku pada siang
untuk menjaring sang mentari
yang melelehkan segumpal lukaku
Tapi aku selalu terperangkap
pada sekeping luka yang mengerak
dan mengucurkan tetesan sendu
kala lirihku dijemput malam
malam pun merangkak naik
membalut bayangmu dalam benakku
yang mengukirkan sekerat pedih
Batinku berontak
ketika risauku dijemput malam
menyeretnya dari dalam dada
yang sekuat tenaga ku enyahkan
Aku tertawa saat fajar menyongsong
karena embun mengantarkanku pada siang
untuk menjaring sang mentari
yang melelehkan segumpal lukaku
Tapi aku selalu terperangkap
pada sekeping luka yang mengerak
dan mengucurkan tetesan sendu
kala lirihku dijemput malam
Teringat
Aku teringat saat itu
ketika aku menemukanmu
merunduk dalam duka
di persimpangan jalan gelap
tempat biasa aku
menantang sang malam
di antara celah hujan
Dan kau mulai merobek hatimu
karena dia...
Lalu kau kupungut
sebelum aku terluka karenanya
ketika aku menemukanmu
merunduk dalam duka
di persimpangan jalan gelap
tempat biasa aku
menantang sang malam
di antara celah hujan
Dan kau mulai merobek hatimu
karena dia...
Lalu kau kupungut
sebelum aku terluka karenanya
Nafas
Awan hitam menguir langit
ditemani deru angin
sampai hujan mengguyur jalanan gelap
menemani langkahku menujumu
Aku mencari nafas
sebagai cara terakhir untuk melangkah
walau kutahu kau bergeming
Aku mencari nafas
menanti datangnya waktuku
sampai hujan tak lagi mampu
menahan lajuku
ditemani deru angin
sampai hujan mengguyur jalanan gelap
menemani langkahku menujumu
Aku mencari nafas
sebagai cara terakhir untuk melangkah
walau kutahu kau bergeming
Aku mencari nafas
menanti datangnya waktuku
sampai hujan tak lagi mampu
menahan lajuku
Waktu
Aku tersengal
menyaksikan waktu berkejaran
ketika malam menjemput senja
ketika malam di kejar pagi
ditemani sisa kabut malam
yang mulai dingin mencair
Secepat itukah?
Tapi sejumput lukaku
belumlah mengering
sekepal dukaku
masih terselip
di balik gemintang
Lalu aku berjelaga
mengais puing kehancuran
dan serpihan derita
di tengah waktu yang singkat
tiga ribu enam ratus detik
Sesak
Muak
menyaksikan waktu berkejaran
ketika malam menjemput senja
ketika malam di kejar pagi
ditemani sisa kabut malam
yang mulai dingin mencair
Secepat itukah?
Tapi sejumput lukaku
belumlah mengering
sekepal dukaku
masih terselip
di balik gemintang
Lalu aku berjelaga
mengais puing kehancuran
dan serpihan derita
di tengah waktu yang singkat
tiga ribu enam ratus detik
Sesak
Muak
Lagi
Lagi, rembulan menertawakanku
hempaskan aku ke dasar danau
tempat kau menghujamkan jarum angkara
le dadaku yang penuh sesak
Namun, iramaku sirna
mengalun di angkasamu
yang kau tak mampu
mengejawantahkan hati
hingga bunga tersayat lagi
hempaskan aku ke dasar danau
tempat kau menghujamkan jarum angkara
le dadaku yang penuh sesak
Namun, iramaku sirna
mengalun di angkasamu
yang kau tak mampu
mengejawantahkan hati
hingga bunga tersayat lagi
Keratan Tanya
Aroma bunga mengusik malamku
menyegarkan dinginnya udara malam
Akhirnya bulan keluar
dari persembunyiannya malam ini
meski sepi tanpa bintang
yang enggan menikmati hujan
Seperti aku yang menghilang
di balik keratan tanya kehidupan
yang tak di maksudkan untuk terjawab
menyegarkan dinginnya udara malam
Akhirnya bulan keluar
dari persembunyiannya malam ini
meski sepi tanpa bintang
yang enggan menikmati hujan
Seperti aku yang menghilang
di balik keratan tanya kehidupan
yang tak di maksudkan untuk terjawab
Keruh
Langitku keruh
meneteskan butiran bening
dengan deras dan kencang
agar kau tak berlari dari gubukku
Tapi kau tetap berlari
menembus guyuran hujanku
Kau kuat seperti mereka
tetap berlari melawan petir
mencari villa untuk singgah
lalu kau tinggal pergi
walau langit keruh
meneteskan butiran bening
dengan deras dan kencang
agar kau tak berlari dari gubukku
Tapi kau tetap berlari
menembus guyuran hujanku
Kau kuat seperti mereka
tetap berlari melawan petir
mencari villa untuk singgah
lalu kau tinggal pergi
walau langit keruh
Pelangiku
Pelangiku belum pudar
walau tak sedetik kau pandangi
di atas langit
di sela hujanmu
saat kemarau sirna
dan kau hanya mencari mentari
untuk keringkan kuyupmu
Pelangiku?
Biarkan saja pudar
lalu kau pergi
walau tak sedetik kau pandangi
di atas langit
di sela hujanmu
saat kemarau sirna
dan kau hanya mencari mentari
untuk keringkan kuyupmu
Pelangiku?
Biarkan saja pudar
lalu kau pergi
Esok
Esok hari kan tiba
menjelma dalam kuyup
basah karena hujan malam ini
yang menggerus candamu
menjadi serpihan-serpihan duka
Esok hari kan tiba
datang bersama terik
yang menyengat tubuhmu
dari sejuknya hujan semalam
Esok, apa yang terjadi?
Entahlah
hadapilah
menjelma dalam kuyup
basah karena hujan malam ini
yang menggerus candamu
menjadi serpihan-serpihan duka
Esok hari kan tiba
datang bersama terik
yang menyengat tubuhmu
dari sejuknya hujan semalam
Esok, apa yang terjadi?
Entahlah
hadapilah
Embun
Pagi tadi kulihat embun
bergulir bersama tangismu semalam
di atas rerumputan dan ilalang
lalu menjatuhkannya di atas genangan
di atas bukit tempatku menemukanmu
dan membawamu pulang
dalam dekapan angin malam
yang membekukan tulang dan darahmu
Maafkan...
bergulir bersama tangismu semalam
di atas rerumputan dan ilalang
lalu menjatuhkannya di atas genangan
di atas bukit tempatku menemukanmu
dan membawamu pulang
dalam dekapan angin malam
yang membekukan tulang dan darahmu
Maafkan...
dimanche 10 mars 2013
Sajak Pelangiku
Mentariku turun
lenyap di pelabuhan senja
bersama cahayamu yang luruh
dalam penantianku di ujung malam
Kau membeku?
Mati rasa?
Andai kau mampu
maknai peluh dalam batinku
Andai kau sanggup
menjaga rima cintaku
Kini mulai menepi
setelah kau pergi
entah harus kemana lagi
kutitipkan sajak-sajak pelangiku
yang semakin pudar
begitupun rindu-rinduku
yang kian usang terlarut waktu
hanyut bersama senja
lenyap di pelabuhan senja
bersama cahayamu yang luruh
dalam penantianku di ujung malam
Kau membeku?
Mati rasa?
Andai kau mampu
maknai peluh dalam batinku
Andai kau sanggup
menjaga rima cintaku
Kini mulai menepi
setelah kau pergi
entah harus kemana lagi
kutitipkan sajak-sajak pelangiku
yang semakin pudar
begitupun rindu-rinduku
yang kian usang terlarut waktu
hanyut bersama senja
Jemariku Menari
Jemariku menari
merangkai kata bersajak
rima berirama
seirama
Jemariku bernyanyi
di antara senar-senar asmara
meniti di tiap jengkal rindunya
Aku bungkam
tanpa kata terlontar
sajak-sajakku berbicara
bagai kiasan sosok jelita
Jemariku menari
merangkai rima mentariku
sampai ia tak lagi kuat
ringkih
terkulai tak berdaya
merangkai kata bersajak
rima berirama
seirama
Jemariku bernyanyi
di antara senar-senar asmara
meniti di tiap jengkal rindunya
Aku bungkam
tanpa kata terlontar
sajak-sajakku berbicara
bagai kiasan sosok jelita
Jemariku menari
merangkai rima mentariku
sampai ia tak lagi kuat
ringkih
terkulai tak berdaya
Sebuah Ilusi
Aku tak pernah meniadakan hati
walau hanya baris tanpa arti
Aku tak pernah mengungkung
meski seringkali lara merundung
Mungkin itulah retorika
antara hati yang menderik
semburatkan dua rona
yang hingga kini saling bertaut
Memilikimu hanya ilusi
sebuah ilusi dari kumpulan mimpi
yang terdengar syahdu walau fana
bagai erangan pemecah sukma
menjerit,
menjalar asa kehampaan
walau hanya baris tanpa arti
Aku tak pernah mengungkung
meski seringkali lara merundung
Mungkin itulah retorika
antara hati yang menderik
semburatkan dua rona
yang hingga kini saling bertaut
Memilikimu hanya ilusi
sebuah ilusi dari kumpulan mimpi
yang terdengar syahdu walau fana
bagai erangan pemecah sukma
menjerit,
menjalar asa kehampaan
Pesona
Mengingat senyummu, aku tersenyum
segala keindahanmu terekam jelas
dalam memoriku yang terbatas
oleh kenangan-kenangan sepintas
oleh waktu yang beriringan
mengawal setiap jengkal cerita kita
Sayang, tidakkah kau dengar?
Hati ini teriakkan namamu
membuatku nampak bodoh
Aku tersenyum
Karena senyummu?
Bukan,
karena pesonamu
segala keindahanmu terekam jelas
dalam memoriku yang terbatas
oleh kenangan-kenangan sepintas
oleh waktu yang beriringan
mengawal setiap jengkal cerita kita
Sayang, tidakkah kau dengar?
Hati ini teriakkan namamu
membuatku nampak bodoh
Aku tersenyum
Karena senyummu?
Bukan,
karena pesonamu
Kupu-Kupu
Kupu-kupu yang cantik
izinkan aku meminjam sayapmu
untuk terbang menemuinya
memberikannya sajak pelangi
yang semalaman kutulis untuknya
Mungkin lirik ini tak seindah sayapmu
Mungkin syair ini tak semerdu kepakanmu
tapi salahkah aku menanam cinta?
Kupu-kupu nirwana
terbangkan bait-bait ini padanya
ungkapan sederhana sang pemuja
kepada seorang jelita
yang kepadanya telah kusimpan
separuh nyawa di dalamku
izinkan aku meminjam sayapmu
untuk terbang menemuinya
memberikannya sajak pelangi
yang semalaman kutulis untuknya
Mungkin lirik ini tak seindah sayapmu
Mungkin syair ini tak semerdu kepakanmu
tapi salahkah aku menanam cinta?
Kupu-kupu nirwana
terbangkan bait-bait ini padanya
ungkapan sederhana sang pemuja
kepada seorang jelita
yang kepadanya telah kusimpan
separuh nyawa di dalamku
Kerinduanku
Cinta
Kemana engkau selama ini?
Menjauh dari hari-hariku
Usangkah hati ini bagimu?
Sekian lama hati ini sepi
semenjak kau menghilang dari sisi
tidakkah kau inginkan pulang?
Menjemput kegelisaahan tak berujung
yang membengkak di tiap detik
Kerapuhan ini kian menjadi
bila kau tak segera kembali
menemani di pagi hari
seperti cahaya di ujung pelangi
Batin ini tak sanggup lagi memendam
sebongkah rindu tak bertepi
Biar ku titipkan pada dandelion senja
sampai sang angin berhembus
menerbangkannya perlahan
pada malam tempatmu bernaung
Kemana engkau selama ini?
Menjauh dari hari-hariku
Usangkah hati ini bagimu?
Sekian lama hati ini sepi
semenjak kau menghilang dari sisi
tidakkah kau inginkan pulang?
Menjemput kegelisaahan tak berujung
yang membengkak di tiap detik
Kerapuhan ini kian menjadi
bila kau tak segera kembali
menemani di pagi hari
seperti cahaya di ujung pelangi
Batin ini tak sanggup lagi memendam
sebongkah rindu tak bertepi
Biar ku titipkan pada dandelion senja
sampai sang angin berhembus
menerbangkannya perlahan
pada malam tempatmu bernaung
vendredi 1 mars 2013
Rinduku
Rinduku mulai berlabuh
di tepian malam sunyi
yang mengantarkanku padamu
pada setiap canda tawamu
Aku berjelaga
di gelap malam yang pekat
mencari dan mencari bayangmu
di antara dimensi yang tersekat
Kau tahu rinduku ini satu
hanya padamu disana
Kau tahu cintaku ini satu
hanya untukmu disana
Meski tak seindah mereka kira
ketika jarak dan waktu jadi penghalang
Bila esok pagi datang
aku tak tahu kemana lagi
menyandarkan rindu ini
melepaskan resah ini
sampai nanti kau kembali
menemaniku di ujung hari
di tepian malam sunyi
yang mengantarkanku padamu
pada setiap canda tawamu
Aku berjelaga
di gelap malam yang pekat
mencari dan mencari bayangmu
di antara dimensi yang tersekat
Kau tahu rinduku ini satu
hanya padamu disana
Kau tahu cintaku ini satu
hanya untukmu disana
Meski tak seindah mereka kira
ketika jarak dan waktu jadi penghalang
Bila esok pagi datang
aku tak tahu kemana lagi
menyandarkan rindu ini
melepaskan resah ini
sampai nanti kau kembali
menemaniku di ujung hari
Lagi
Lagi, rembulan menertawakanku
hempaskan aku kedasar danau
tempat kau menghujamkan jarum angkara
ke dalam dadaku yang penuh sesak
Namun, iramaku sirna
mengalun di angkasamu
yang kau tak mampu
mengejawantahkan hatiku
hingga bunga tersayat
Lagi
hempaskan aku kedasar danau
tempat kau menghujamkan jarum angkara
ke dalam dadaku yang penuh sesak
Namun, iramaku sirna
mengalun di angkasamu
yang kau tak mampu
mengejawantahkan hatiku
hingga bunga tersayat
Lagi
Inscription à :
Articles (Atom)
Featured Post
L'herbe du voisin est plus verte, mais la nôtre est plus épaisse
Peut-être que ma vie est trop une blague. Parce que pour moi dans la vie, on ne peut pas être trop sérieux. Parfois, nous avons besoin d'...
-
Peut-être que ma vie est trop une blague. Parce que pour moi dans la vie, on ne peut pas être trop sérieux. Parfois, nous avons besoin d'...
-
Parfois je pense, pourquoi n'ai-je pas changé jusqu'à maintenant ? Pourquoi est-ce que je fais et dis toujours ce que je veux sans v...