Pagi tadi kulihat embun
bergulir bersama tangismu semalam
di atas rerumputan dan ilalang
lalu menjatuhkannya di atas genangan
di atas bukit tempatku menemukanmu
dan membawamu pulang
dalam dekapan angin malam
yang membekukan tulang dan darahmu
Maafkan...
Translate
Affichage des articles dont le libellé est rime. Afficher tous les articles
Affichage des articles dont le libellé est rime. Afficher tous les articles
mercredi 13 mars 2013
dimanche 10 mars 2013
Sajak Pelangiku
Mentariku turun
lenyap di pelabuhan senja
bersama cahayamu yang luruh
dalam penantianku di ujung malam
Kau membeku?
Mati rasa?
Andai kau mampu
maknai peluh dalam batinku
Andai kau sanggup
menjaga rima cintaku
Kini mulai menepi
setelah kau pergi
entah harus kemana lagi
kutitipkan sajak-sajak pelangiku
yang semakin pudar
begitupun rindu-rinduku
yang kian usang terlarut waktu
hanyut bersama senja
lenyap di pelabuhan senja
bersama cahayamu yang luruh
dalam penantianku di ujung malam
Kau membeku?
Mati rasa?
Andai kau mampu
maknai peluh dalam batinku
Andai kau sanggup
menjaga rima cintaku
Kini mulai menepi
setelah kau pergi
entah harus kemana lagi
kutitipkan sajak-sajak pelangiku
yang semakin pudar
begitupun rindu-rinduku
yang kian usang terlarut waktu
hanyut bersama senja
Jemariku Menari
Jemariku menari
merangkai kata bersajak
rima berirama
seirama
Jemariku bernyanyi
di antara senar-senar asmara
meniti di tiap jengkal rindunya
Aku bungkam
tanpa kata terlontar
sajak-sajakku berbicara
bagai kiasan sosok jelita
Jemariku menari
merangkai rima mentariku
sampai ia tak lagi kuat
ringkih
terkulai tak berdaya
merangkai kata bersajak
rima berirama
seirama
Jemariku bernyanyi
di antara senar-senar asmara
meniti di tiap jengkal rindunya
Aku bungkam
tanpa kata terlontar
sajak-sajakku berbicara
bagai kiasan sosok jelita
Jemariku menari
merangkai rima mentariku
sampai ia tak lagi kuat
ringkih
terkulai tak berdaya
Sebuah Ilusi
Aku tak pernah meniadakan hati
walau hanya baris tanpa arti
Aku tak pernah mengungkung
meski seringkali lara merundung
Mungkin itulah retorika
antara hati yang menderik
semburatkan dua rona
yang hingga kini saling bertaut
Memilikimu hanya ilusi
sebuah ilusi dari kumpulan mimpi
yang terdengar syahdu walau fana
bagai erangan pemecah sukma
menjerit,
menjalar asa kehampaan
walau hanya baris tanpa arti
Aku tak pernah mengungkung
meski seringkali lara merundung
Mungkin itulah retorika
antara hati yang menderik
semburatkan dua rona
yang hingga kini saling bertaut
Memilikimu hanya ilusi
sebuah ilusi dari kumpulan mimpi
yang terdengar syahdu walau fana
bagai erangan pemecah sukma
menjerit,
menjalar asa kehampaan
Pesona
Mengingat senyummu, aku tersenyum
segala keindahanmu terekam jelas
dalam memoriku yang terbatas
oleh kenangan-kenangan sepintas
oleh waktu yang beriringan
mengawal setiap jengkal cerita kita
Sayang, tidakkah kau dengar?
Hati ini teriakkan namamu
membuatku nampak bodoh
Aku tersenyum
Karena senyummu?
Bukan,
karena pesonamu
segala keindahanmu terekam jelas
dalam memoriku yang terbatas
oleh kenangan-kenangan sepintas
oleh waktu yang beriringan
mengawal setiap jengkal cerita kita
Sayang, tidakkah kau dengar?
Hati ini teriakkan namamu
membuatku nampak bodoh
Aku tersenyum
Karena senyummu?
Bukan,
karena pesonamu
Kupu-Kupu
Kupu-kupu yang cantik
izinkan aku meminjam sayapmu
untuk terbang menemuinya
memberikannya sajak pelangi
yang semalaman kutulis untuknya
Mungkin lirik ini tak seindah sayapmu
Mungkin syair ini tak semerdu kepakanmu
tapi salahkah aku menanam cinta?
Kupu-kupu nirwana
terbangkan bait-bait ini padanya
ungkapan sederhana sang pemuja
kepada seorang jelita
yang kepadanya telah kusimpan
separuh nyawa di dalamku
izinkan aku meminjam sayapmu
untuk terbang menemuinya
memberikannya sajak pelangi
yang semalaman kutulis untuknya
Mungkin lirik ini tak seindah sayapmu
Mungkin syair ini tak semerdu kepakanmu
tapi salahkah aku menanam cinta?
Kupu-kupu nirwana
terbangkan bait-bait ini padanya
ungkapan sederhana sang pemuja
kepada seorang jelita
yang kepadanya telah kusimpan
separuh nyawa di dalamku
Kerinduanku
Cinta
Kemana engkau selama ini?
Menjauh dari hari-hariku
Usangkah hati ini bagimu?
Sekian lama hati ini sepi
semenjak kau menghilang dari sisi
tidakkah kau inginkan pulang?
Menjemput kegelisaahan tak berujung
yang membengkak di tiap detik
Kerapuhan ini kian menjadi
bila kau tak segera kembali
menemani di pagi hari
seperti cahaya di ujung pelangi
Batin ini tak sanggup lagi memendam
sebongkah rindu tak bertepi
Biar ku titipkan pada dandelion senja
sampai sang angin berhembus
menerbangkannya perlahan
pada malam tempatmu bernaung
Kemana engkau selama ini?
Menjauh dari hari-hariku
Usangkah hati ini bagimu?
Sekian lama hati ini sepi
semenjak kau menghilang dari sisi
tidakkah kau inginkan pulang?
Menjemput kegelisaahan tak berujung
yang membengkak di tiap detik
Kerapuhan ini kian menjadi
bila kau tak segera kembali
menemani di pagi hari
seperti cahaya di ujung pelangi
Batin ini tak sanggup lagi memendam
sebongkah rindu tak bertepi
Biar ku titipkan pada dandelion senja
sampai sang angin berhembus
menerbangkannya perlahan
pada malam tempatmu bernaung
vendredi 1 mars 2013
Rinduku
Rinduku mulai berlabuh
di tepian malam sunyi
yang mengantarkanku padamu
pada setiap canda tawamu
Aku berjelaga
di gelap malam yang pekat
mencari dan mencari bayangmu
di antara dimensi yang tersekat
Kau tahu rinduku ini satu
hanya padamu disana
Kau tahu cintaku ini satu
hanya untukmu disana
Meski tak seindah mereka kira
ketika jarak dan waktu jadi penghalang
Bila esok pagi datang
aku tak tahu kemana lagi
menyandarkan rindu ini
melepaskan resah ini
sampai nanti kau kembali
menemaniku di ujung hari
di tepian malam sunyi
yang mengantarkanku padamu
pada setiap canda tawamu
Aku berjelaga
di gelap malam yang pekat
mencari dan mencari bayangmu
di antara dimensi yang tersekat
Kau tahu rinduku ini satu
hanya padamu disana
Kau tahu cintaku ini satu
hanya untukmu disana
Meski tak seindah mereka kira
ketika jarak dan waktu jadi penghalang
Bila esok pagi datang
aku tak tahu kemana lagi
menyandarkan rindu ini
melepaskan resah ini
sampai nanti kau kembali
menemaniku di ujung hari
Lagi
Lagi, rembulan menertawakanku
hempaskan aku kedasar danau
tempat kau menghujamkan jarum angkara
ke dalam dadaku yang penuh sesak
Namun, iramaku sirna
mengalun di angkasamu
yang kau tak mampu
mengejawantahkan hatiku
hingga bunga tersayat
Lagi
hempaskan aku kedasar danau
tempat kau menghujamkan jarum angkara
ke dalam dadaku yang penuh sesak
Namun, iramaku sirna
mengalun di angkasamu
yang kau tak mampu
mengejawantahkan hatiku
hingga bunga tersayat
Lagi
Egomu
Aku berlari walau tersengal
menyusuri jalan setapak
yang belum terjamah orang
tempat hatimu bersemayam
pada jiwa yang tak ramah
Sementara kau
Semaunya mengubur mimpiku
dalam dekap nista dan egomu
setelah kau rasakan kasih
yang salah kau ejawantahkan
dalam benakmu
yang tak lagi rasa
Lantas aku bisu
pucat kuyu dalam romanku
karena cinta
yang mengurat akar di jiwaku
seketika melemah
di gerogoti bayangmu
Dan aku tersenyum
di balik tetesan gerimis senduku
terkapar mendekap cinta
di tiap hamparan egomu
menanti datangnya waktu
menelan malamku yang tak lagi biru
menyusuri jalan setapak
yang belum terjamah orang
tempat hatimu bersemayam
pada jiwa yang tak ramah
Sementara kau
Semaunya mengubur mimpiku
dalam dekap nista dan egomu
setelah kau rasakan kasih
yang salah kau ejawantahkan
dalam benakmu
yang tak lagi rasa
Lantas aku bisu
pucat kuyu dalam romanku
karena cinta
yang mengurat akar di jiwaku
seketika melemah
di gerogoti bayangmu
Dan aku tersenyum
di balik tetesan gerimis senduku
terkapar mendekap cinta
di tiap hamparan egomu
menanti datangnya waktu
menelan malamku yang tak lagi biru
Pulang
Segurat senyum ku lontarkan
menyaksikan rembulan turun
dari singgasananya
membelaiku
saat malam menyekap rinduku
di tiap helai dalam jiwaku
Ada rasa yang tumbuh
di tiap tetesan piluku
Ada cinta yang gugur
di tiap buncahan tawaku
Kapanpun...
Dimanapun..
Tak ada yang bisa kututupi
Harusnya kini kau pulang
dan beri aku tenang
Pulang
menyaksikan rembulan turun
dari singgasananya
membelaiku
saat malam menyekap rinduku
di tiap helai dalam jiwaku
Ada rasa yang tumbuh
di tiap tetesan piluku
Ada cinta yang gugur
di tiap buncahan tawaku
Kapanpun...
Dimanapun..
Tak ada yang bisa kututupi
Harusnya kini kau pulang
dan beri aku tenang
Pulang
Inscription à :
Articles (Atom)
Featured Post
L'herbe du voisin est plus verte, mais la nôtre est plus épaisse
Peut-être que ma vie est trop une blague. Parce que pour moi dans la vie, on ne peut pas être trop sérieux. Parfois, nous avons besoin d'...
-
Peut-être que ma vie est trop une blague. Parce que pour moi dans la vie, on ne peut pas être trop sérieux. Parfois, nous avons besoin d'...
-
Parfois je pense, pourquoi n'ai-je pas changé jusqu'à maintenant ? Pourquoi est-ce que je fais et dis toujours ce que je veux sans v...